Syukur Kholil
The title of this research is ‘Religious Conversion : A Content Analysis Study on Tabloid Jum’at’. The aim of this research is to measure the news position about religious conversion on Tabloid Jum’at, to identify converts profiles, to identify the main factor of religious conversion, to understand the religious experiences after they convert to Islam, to identify parental/family reactions to the convert and the solutions. The research population is Tabloid Jum’at that published on January 2004 to August 2005; 80 publications exactly. A total of 32 publications randomly have chosen as samples that content of religious conversion news. The finding of the study show that religious conversion news printed in strategic position on Tabloid Jum’at. The converts profiles are varies in many aspects, include gender, age, level of education, profession, as well as religion and region. The main factor of religious conversion are varies too, include scientific research consideration, dreamt, doubtful about Cristianity, found the truth in Islam, and other weakness arguments. Parental/family reactions to the convert is defend on the level of the trust on their religion. The weaker the trust, the stronger the democratic, and so reverse. But their parental/family reactions had not change their chosen et all.
Term Kunci: Konversi Agama, Berita, Tabloid Jum’at
Secara bahasa, konversi diartikan sebagai ‘perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain, ….. perubahan dari satu bentuk (rupa dsb) ke bentuk (rupa, dsb) yang lain (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:592)’. Sedangkan agama dapat diartikan sebagai suatu keta’atan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi (gaib) dari manusia, yang dipercaya mengatur dan mengontrol, mengatur jalan alam dan kehidupan manusia (Ali, 1965:6).
Dengan demikian secara umum konversi agama dapat diartikan sebagai suatu perubahan kepercayaan dan keta’atan terhadap suatu agama yang dianut oleh seseorang, melepaskan kepercayaan terhadap suatu agama dan memeluk atau mempercayai agama lain. Lebih tegasnya, konversi agama dapat disebut pindah agama, misalnya dari seorang pemeluk agama Kristen menjadi pemeluk agama Islam, atau sebaliknya, dan bisa juga perubahan keta’atan terhadap sesuatu agama.
Konversi agama tersebut dapat terjadi karena banyak faktor, di antaranya perasaan luar biasa yang dialami seseorang seperti mimpi mendengar ayat al-Qur’an (Tabloid Jum’at, No. 659, 2004), mendengar suara takbiran (Tabloid Jum’at No. 656, 2004), atau sebagai hasil analisis akademik (Tabloid Jum’at, N0. 658, 2004). Konversi agama dapat juga terjadi karena faktor lingkungan keluarga, tempat tinggal, sekolah dan lingkungan pekerjaan, atau karena kurangnya pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, sehingga keyakinannya mudah goyah dan berpindah pada agama lain. Dengan demikian, karena berbagai alasan konversi agama sering terjadi dan sering diberitakan pada berbagai media massa, baik pada media cetak (printed media) maupun pada media elektronik (electronic media).
Salah satu media cetak yang antusias menyiarkan konversi agama ini ialah Tabloid Jum’at yang terbit mingguan (sekali seminggu), yaitu setiap hari Jum’at. Hampir dalam setiap nomor pada halaman 13, Tabloid Jum’at ada menyiarkan kisah seseorang yang mengalami konversi agama, yaitu pindah dari agama Kristen Protestan atau Katholik, Hindu, Budha, Shinto atau Kaharingan kepada agama Islam. Mereka berasal dari berbagai latar belakang agama, jenis kelamin, daerah, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Mereka juga mempunyai berbagai alasan kenapa mereka memeluk Islam, mempunyai berbagai perasaan dan pengalaman setelah memeluk agama Islam, serta mendapatkan berbagai reaksi dari orang-orang dekat mereka seperti orangtua dan keluarga. Keadaan ini semua secara pasti belum dapat diketahui, padahal sangat menarik dan penting untuk diungkapkan dan dianalisis. Karena itulah maka penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian analisis isi (content analysis) terhadap berita konversi agama yang disiarkan secara terus menerus pada Tabloid Jum’at tersebut, dengan memilih judul ‘Konversi Agama : Studi Content Analysis pada Tabloid Jum’at’.
Rumusan Masalah
Secara umum masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah konversi agama yang disiarkan pada Tabloid Jum’at ? Secara rinci, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penonjolan berita tentang konversi agama pada Tabloid Jum’at?
2. Bagaimanakah profil orang yang mengalami konversi agama ? Meliputi jenis kelamin, usia, asal agama, asal daerah, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan.
3. Apakah faktor utama yang menyebabkan terjadinya konversi agama ?
4. Bagaimanakah perasaan dan pengalaman mereka setelah memeluk Islam ?
5. Apa reaksi orangtua dan keluarga terhadap mereka yang melakukan konversi agama ?
6. Apa pula usaha-usaha yang dilakukan untuk menghadapi reaksi dari orangtua dan keluarga tersebut ?
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui berbagai informasi tentang konversi agama yang disiarkan pada Tabloid Jum’at. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengukur penonjolan berita tentang konversi agama pada Tabloid Jum’at.
2. Mengetahui profil orang yang mengalami konversi agama, yang meliputi jenis kelamin, usia, asal agama, asal daerah, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan.
3. Mengungkapkan faktor utama yang menyebabkan terjadinya konversi agama.
4. Mengetahui perasaan dan pengalaman mereka setelah memeluk Islam.
5. Mengetahui reaksi orangtua dan keluarga terhadap mereka yang melakukan konversi agama.
6. Mengungkapkan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghadapi reaksi dari orangtua dan keluarga tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut :
1. Dapat memberi informasi tentang profil mereka yang mengalami konversi agama, faktor utama yang menyebabkan terjadinya konversi agama, perasaan dan pengalaman mereka yang mengalami konversi agama, reaksi orang tua dan keluarga, serta upaya menghadapi reaksi tersebut.
2. Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berwenang dan berminat dalam upaya membina mereka yang mengalami konversi agama.
3. Diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu, terutama ilmu komunikasi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Kerangka Teori dan Konsep
1. Tahapan dalam proses konversi agama
Menurut Zakiah Daradjat (1970: 138 – 140), sukar untuk memberikan batasan yang tegas, apakah seseorang sudah tergolong mengalami konversi agama secara internal atau belum. Sebab antara satu sama lain amat berbeda sesuai dengan pertumbuhan dan perubahan jiwa agama yang dilaluinya, serta pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Begitu juga dengan suasana lingkungan dimana ia hidup, dan pengalaman terakhir yang menjadi puncak perubahan keyakinan tersebut.
Namun konversi agama secara eksternal amat mudah diketahui. Sebab seseorang umumnya langsung menyatakan perubahan keyakinan agamanya kepada publik secara terang-terangan, dan siap untuk menghadapi segala resiko sekalipun berpisah dengan orang-orang yang amat dicintainya, termasuk dengan orangtua dan keluarga lainnya. Kedua jenis konversi agama ini amat sering terjadi di tengah-tengah masyarakat terutama di kalangan masyarakat yang banyak mengalami kegoncangan jiwa.
Tingkatan konversi agama itu juga amat beragam pada diri individu. Ada yang dangkal dan ada pula yang mendalam disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai kepada perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi secara tiba-tiba dan ada pula yang terjadi secara berangsur-angsur. Namun menurut Zakiah Daradjat (1970: 139 – 140), secara umum proses konversi agama itu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Masa tenang pertama, dimana segala sikap dan tingkah lakunya serta sifat-sifatnya menunjukkan acuh tak acuh terhadap agama.
2. Masa ketidak tenangan; konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik dan sebagainya, baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau yang lainnya. Pada masa ini, seseorang biasanya amat peka perasaannya, cepat tersinggung dan hampir-hampir putus asa dalam hidupnya, serta mudah kena sugesti.
3. Peristiwa konversi agama itu sendiri setelah mengalami masa puncaknya, seseorang tiba-tiba merasa mendapat petunjuk Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat. Gejolak atau konflik yang terjadi dalam dirinya, tiba-tiba menjadi reda, jiwa menjadi tenang dan damai berkat keyakinan barunya.
4. Keadaan tenang dan tenteram. Setelah krisis konversi selesai, maka timbullah perasaan atau keadaan jiwa yang baru, rasa aman dan damai di hati, lepas dari segala dosa, segala persoalan menjadi enteng dan dapat diselesaikan.
5. Ekspressi konversi dalam hidup. Tahapan terakhir dalam konversi agama ialah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, perbuatan, sikap dan perbuatan sesuai dengan tuntunan ajaran agama.
Dengan demikian, konversi agama itu sebenarnya melalui tahapan-tahapan yang agak panjang. Namun apabila tidak diperhatikan dengan teliti, tahapan-tahapan itu tidak begitu kelihatan. Bahkan sekilas dipandang tidak menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang, tiba-tiba ia sudah menyatakan secara terbuka telah pindah agama. Sehingga terkesan kejadiannya begitu tiba-tiba atau mendadak. Padahal sebenarnya kalau diamati ia telah lebih dahulu mengalami kegoncangan spritual yang amat dahsyat sehingga ia terpaksa mengalami konversi agama.
2. Faktor penyebab konversi agama
Sebenarnya sulit dideteksi apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama. Namun menurut Zakiah Daradjat (1970: 159 – 171), ada beberapa faktor yang nampaknya terjadi dan terdapat dalam setiap peristiwa konversi agama, yaitu :
a. Pertentangan batin dan ketegangan perasaan.
Orang-orang yang mengalami pertentangan batin dan ketegangan perasaan mudah mengalami konversi agama. Salah satu di antara penyebab pertentangan batin itu ialah ketidak mampuan seseorang untuk mematuhi nilai-nilai agama yang dipeluknya. Hal ini dapat terjadi karena kedangkalan pengetahuan agamanya, dan bisa juga karena adanya ajaran agama bersangkutan yang kurang sesuai dengan akal atau pemikirannya.
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
Secara selintas, konversi agama itu nampaknya terjadi secara tiba-tiba. Namun sebenarnya setiap konversi agama mempunyai riwayat yang panjang, bahkan terkait dengan pengalaman-pengalaman mulai dari waktu kecil.
Beberapa kasus konversi agama yang diberitakan pada Tabloid Jum’at menggambarkan bahwa sebahagian dari mereka yang mengalami konversi agama khususnya perpindahan agama dari agama Kristen kepada agama Islam, ternyata dalam waktu yang panjang mereka secara diam-diam telah belajar tentang ajaran agama Islam dari berbagai sumber seperti buku-buku dan media massa elektronik seperti radio dan televisi. Mereka telah lebih dahulu membanding-bandingkan kebenaran ajaran agama Kristen dan ajaran Islam. Setelah melalui proses yang lama, baru mereka memutuskan untuk memeluk agama Islam.
c. Ajakan, seruan dan sugesti.
Banyak juga peristiwa konversi agama yang terjadi akibat ajakan atau sugesti dari luar. Pengaruh ajakan ini mulanya mungkin tidak begitu kuat dan tidak mendalam, sehingga tidak sampai mempengaruhi perubahan keyakinan seseorang. Namun suatu sa’at apabila orang tersebut mencoba berfikir dan kemudian merasakan adanya suatu kebenaran dan kedamaian batin, maka ia bisa mengalami perubahan keyakinan agama atau mengalami konversi agama.
Orang-orang yang sedang mengalami kesusahan dan kegoncangan jiwa, pada lazimnya akan lebih mudah tersugesti untuk meninggalkan ajaran agamanya. Bujukan atau sugesti yang membawa harapan akan dapat melepaskannya dari kesusahan dan kegoncangan jiwa tersebut, pada biasanya akan lebih mudah diikutinya. Makanya dalam Islam amat ditekankan untuk membantu fakir miskin agar dapat menghindarkan mereka dari kemungkinan murtad atau kafir.
d. faktor-faktor emosi
Menurut Zakiah Daradjat (1970: 164), orang-orang yang mempunyai tingkat emosi dan sensifitas yang tinggi, akan lebih berpeluang untuk mengalami konversi agama. Walaupun faktor emosi secara lahir tidak menampakkan pengaruh yang besar, namun dapat dibuktikan menjadi suatu faktor yang turut mendorong terjadinya konversi agama.
Adanya pengaruh faktor emosi ini, menyebabkan banyak dari kalangan usia yang masih muda dan emosinya masih kurang stabil mengalami konversi agama. Walaupun memang tidak jarang juga konversi agama itu terjadi kepada mereka-mereka yang usianya sudah senja, atau di atas 50 tahun.
e. Faktor kemauan sendiri
Kemauan juga merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi konversi agama. Dalam beberapa kasus terbukti bahwa orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam banyak yang mengalami konversi agama. Misalnya Prof. Dr. Arthur Alison, seorang pakar teknik elektro di Universitas London, Inggris, mengalami konversi agama yaitu meninggalkan agama Kristen dan memeluk agama Islam, setelah mengadakan pengkajian-pengkajian yang mendalam terhadap ajaran agama Kristen dan ajaran Islam. Akhirnya dengan kemauan sendiri sesuai dengan hasil analisis akalnya dan keyakinannya, ia memilih agama Islam sebagai agama yang dijadikan sebagai pedoman hidup (Lihat Tabloid Jum’at, 30 Juli 2004, hal. 13).
Dengan demikian banyak juga di antara orang yang mengalami konversi agama itu mempunyai emosi yang stabil, jiwa yang tenang, dan tanpa adanya sugesti dari orang lain. Namun karena pengetahuannya yang luas dan mendalam, memungkinkannya untuk menganalisis dan mengkaji sendiri ajaran berbagai agama secara ilmiah, sehingga ia mendapatkan suatu kebenaran agama tertentu, dan dengan kesadaran dan kemauan sendiri ia akhirnya melakukan konversi agama.
Metodologi Penelitian
1. Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini ialah Tabloid Jum’at yang terbit mulai dari bulan Januari 2004 sampai bulan Agustus 2005. Dengan demikian populasi penelitian ini terdiri dari 80 kali terbit. Namun sebagai sampel penelitian, hanya ditetapkan 40 terbitan saja yang diambil secara acak (random). Namun setelah diteliti, ternyata hanya 32 terbitan yang ada menyiarkan berita konversi agama. Sebab tidak setiap terbitan Tabloid Jum’at tersebut ada menyiarkan berita tentang konversi agama. Kesemua berita tentang konversi agama yang ditemukan pada 32 terbitan tersebut dijadikan sebagai sampel sekaligus sebagai unit analisis dalam penelitian ini.
2. Data yang perlu dikumpul
Data yang akan dikumpul dalam penelitian ini meliputi informasi tentang : penonjolan berita konversi agama, jenis kelamin mereka yang mengalami konversi agama, usia, asal agama, asal daerah, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, faktor utama terjadinya konversi agama, perasaan dan pengalaman mereka yang mengalami konversi agama, reaksi orangtua dan keluarga serta upaya yang dilakukan untuk menghadapi reaksi tersebut
3. Alat pengumpul data
Data tersebut di atas dikumpul dengan menggunakan Borang Analisis Isi yang telah disiapkan sebelumnya. Borang Analisis Isi yang dijadikan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, lebih dahulu diuji keandalannya dengan menggunakan teknik pengujian Proportional Reduction in-Loss (PRL) yang dikemukakan oleh Rust dan Cooil (1994: 1-14), dengan tiga orang pengkoding. Ketiga orang pengkoding itu telah lebih dahulu diberikan pengarahan terutama yang menyangkut dengan tujuan penelitian beserta maksud istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai makna istilah-istilah penting dan indikator-indikator jawaban yang digunakan terutama dalam Borang Analisis Isi. Setelah Borang Analisis Isi tersebut diuji coba oleh tiga orang pengkoding (coder), maka hasilnya menunjukkan tingkat keandalan anatara 85 – 94. Dengan demikian alat ukur tersebut telah layak digunakan.
4. Teknik pengukuran data
Penonjolan berita konversi agama pada Tabloid Jum’at diukur dengan menggunakan Budd Scor, yaitu skor 1 untuk satu berita menunjukkan sangat tidak menonjol, skor 2 menunjukkan tidak menonjol, skor 3 sedang, skor 4 menonjol, dan skor 5 sangat menonjol. Petunjuk yang digunakan untuk mengukur penonjolan berita ini ialah : Satu skor bagi berita yang lebih dari dua kolom, satu skor bagi berita yang mempunyai judul lebih dari sepertiga halaman, satu skor bagi berita yang ditempatkan pada lipatan atas, satu skor bagi berita yang ditempatkan pada halaman pertama, satu skor bagi berita yang judulnya ditempatkan pada bagian atas halaman tabloid. Dengan demikian jumlah skor maksimal bagi satu berita ialah 5 (sangat menonjol), dan skor paling rendah ialah 1 (sangat tidak menonjol).
Jenis kelamin laki-laki ditandai dengan angka 1, dan perempuan ditandai angka 2. Usia mereka dikelompokkan kepada empat, yaitu (1) berusia <> 45 tahun.
Asal agama protestan ditandai dengan angka 1, Katolik angka 2, Hindu angka 3, Budha angka 4, Shinto angka 5, dan Kaharingan angka 6. Sedangkan asal daerah diberi angka 1 untuk Kalimantan Tengah, 2 untuk USA, 3 untuk Inggris, 4 Kalimantan Timur, 5 Kalimantan Selatan, 6 Jawa Timur, 7 Tapanuli Tengah, 8 Jakarta, 9 Jepang, 10 Bandar Lampung, 11 Bogor, 12 Rusia, 13 Simalungun, 14 Sulawesi Selatan, dan 15 bagi berita yang tidak dijelaskan asal daerah yang mengalami konversi agama.
Pendidikan yang mengalami konversi agama dikelompokkan kepada (1) Sekolah Dasar (SD), (2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), (4) Diploma Tiga (D-3) sederajat, (5) Strata Satu (S-1), (6) Strata Dua (S-2), dan (7) Strata Tiga (S-3).
Pekerjaan dikelompokkan kepada (1) Pegawai Negeri Sipil (PNS), (2) pegawai swasta, (3) wiraswasta, (4) pengangguran, (5) petani, (6) arsitektur, (7) mahasiswa, (8) dosen berpangkat guru besar, (9) sastrawan, dan (10) tidak dijelaskan pekerjaannya.
Status perkawinan (1) kawin, (2) belum kawin, (3) duda/janda, dan (4) tidak disebutkan.
Sedangkan faktor utama terjadinya konversi agama ada 24 kategori, yaitu karena hidayah Allah, agama Kristen tidak memberi kedamaian, sudah selalu mempelajari Islam dari mulai remaja, bermimpi dijumpai seseorang yang memakai serban putih dan mengajak masuk Islam agar sakitnya sembuh, ragu terhadap ajaran Kristen, kagum terhadap al-Qur’an, mendengar ceramah A’A Gym, ingin memenuhi harapan ibunya yang beragama Islam, akibat mempelajari berbagai agama secara matang, banyak mempelajari Islam, mendengar takbiran, sudah terbiasa berpindah-pindah agama, menemukan kebenaran dalam Islam, mimpi mendengar al-Qur’an, melihat karyawan berprestasi rajin salat, terkesan dengan muslim yang ramah, membaca suroh Al-Ikhlas dan riwayat para Nabi, kawin dengan gadis atau pemuda Islam, terkesan dengan saudaranya yang sudah lebih dahulu masuk Islam, tertarik dengan kawan yang rajin beribadah, mimpi menyebut nama Allah, tertarik ajaran islam, melihat bintang di langit, dan indikator terakhir ialah tidak dapat diketahui secara pasti apa faktor terjadinya konversi agama tersebut, sebab tidak dikemukakan dalam berita.
Perasaan dan pengalaman mereka setelah memeluk agama Islam dalam penelitian ini dibedakan kepada 13 kategori jawaban, yaitu Islam itu ternyata indah dan tepat, hati tenang dan damai, merasa lega, tidak merasa takut, sering bermimpi jumpa dengan seseorang yang memakai jubah putih, merasa berhijrah dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang, merasa bahagia karena dapat memenuhi harapan ibunya yang sudah meninggal, merasa lega dan plong, bimbang tapi akhirnya kembali lagi, ingin mengamalkan Islam, kesadaran beragama muncul, merasa yakin dan mantab, dan indikator terakhir ialah tidak dijelaskan dalam berita bersangkutan tentang perasaan atau pengalaman mereka yang mengalami konversi agama.
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap mereka yang mengalami konversi agama dalam penelitian ini dibedakan kepada delapan kategori jawaban, yaitu tidak ada reaksi sama sekali, teman-teman sekerja menjauh, orangtua merestui dan menasehati agar betul-betul mengamalkan ajaran Islam, orangtua merestui karena merupakan hak masing-masing, dikucilkan keluarga dan dipukul dengan parang sebanyak dua kali, dicaci maki dan diasingkan dari keluarga, dan kategori terakhir tidak dijelaskan sama sekali dalam suatu berita.
Upaya menghadapi reaksi tersebut dalam penelitian ini dibagi kepada lima indikator jawaban saja, yaitu tidak perduli dan tetap mantap dalam pilihannya, minta izin kepada orangtua, mencoba hidup mandiri, tidak ada upaya yang dilakukan sebab tidak ada reaksi dari keluarga, dan indikator terakhir ialah tidak ada dijelaskan dalam berita.
5. Teknik analisis data
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel-tabel sederhana. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis hal-hal sebagai berikut : Penonjolan berita konversi agama, jenis kelamin, usia yang mengalami konversi agama, asal agama, asal daerah, pendidikan terakhir yang mengalami konversi agama, pekerjaan yang mengalami konversi agama, status perkawinan, penyebab utama konversi agama, pengalaman setelah memeluk agama Islam, reaksi orangtua/keluarga, usaha menghadapi reaksi orangtua/keluarga.
Kemudian angka-angka yang disajikan dalam tabel sederhana tersebut diinterpretasikan dan dianalisis sehingga data dapat dikaji lebih mendalam. Hal-hal yang dipandang sangat unik dan menarik yang didapatkan dalam penelitian, seperti mengenai faktor utama terjadinya konversi agama, perasaan dan pengalaman mereka, reaksi orangtua dan keluarga serta upaya menghadapi reaksi tersebut, akan disajikan dalam bentuk ulasan-ulasan sehingga hasil penelitian lebih menarik dan lebih kaya akan data.
Hasil Penelitian
1. Nama kolom serta judul berita konversi agama
Berita-berita tentang konversi agama pada Tabloid Jum’at ditempatkan pada kolom yang diberi nama ‘Mengapa Saya Pilih Islam’. Kolom ini dimuat pada halaman 13, tetapi tidak dalam setiap edisi atau terbitan didapati kolom ini. Edisi atau terbitan yang tidak ada memuat berita tentang konversi agama, nama kolom ini diganti dengan nama ‘Lepas’ yang antara lain berisikan ‘Rubrik Wanita/Keluarga Sakinah’ yang diasuh oleh Dra. Tetty Arum Chudiroh.
Judul berita tentang konversi agama ini sangat beragam, dan syarat bahwa judul harus menarik itu nampaknya tetap ditonjolkan pada setiap berita. Judul-judul yang diberikan bagi setiap berita yang dianalisis ialah : Sekeluarga masuk Islam, Islam agama yang masuk akal, Pesan orangtua : "Jangan menjadi Islam KTP …..", Bersahadat setelah mimpi berulang-ulang, Kepergok salat zuhur, Al-Qur’an membuka mata hati saya, Terpikat dengan al-Qur’an, James Bond masuk Islam, Peluk Islam setelah simak ceramah agama, Kutemukan jalan hidup ku, Memeluk Islam dengan mantap, Enam tahun memendam rindu kepada Islam, Tersimpuh mendengar suara takbiran, Islam agama pilihan ku, Temukan kebenaran Islam lewat jalur akademik, Mimpi mendengar ayat Qur’an, Mengucapkan syahadat usai konprensi ilmiah, Berkat dialog tertarik Islam, Dengan dua kalimat syahadat kakak beradik Eivita dan Manvita masuk Islam, Shalat melahirkan prestasi, Mendapat hidayah ketika juaran Rempeyek, Memeluk Islam setelah membaca suroh al-Ikhlas, Islam agama yang sejuk, Akui ajaran tauhid Nabi Muhammad Saw, Enam bulan menelusuri Islam, Sadar setelah menyaksikan kematian, Tertarik dengan shalat lima waktu, Mimpi menyebut nama Allah, Tertarik Islam karena ajarannya, Isak tangis suami menyaksikan istri berislam, Melihat bintang memeluk Islam, Islam membawa ajaran yang terpuji.
2. Penonjolan berita konversi agama
Berita-berita tentang konversi agama pada tabloid Jum’at pada umumnya (93,8 %) disiarkan secara menonjol, dengan indikator yang digunakan oleh Budd Scor yaitu beritanya melebihi dua kolom, ditempatkan pada lipatan atas tabloid, judul lebih dari sepertiga halaman, dan judul ditempatkan pada bagian atas halaman. Sedangkan 6,3 % lagi disiarkan dengan penonjolan berita kategori sedang, sebab ada berita yang dimuat pada lipatan bawah tabloid, dan ada yang hanya dua kolom. Sedangkan jumlah keseluruhan kolom tabloid Jum’at adalah lima kolom.
3. Jenis kelamin
Sebanyak 59,4 % yang mengalami konversi agama yang diberitakan pada tabloid Jum’at adalah laki-laki, 37,7 % perempuan, dan 3,1 % merupakan gabungan laki-laki dan perempuan, dimana satu keluarga yang terdiri dari orangtua dan anak-anak diberitakan memeluk agama Islam. Mereka adalah Rudy bin Buni (ayah), Yamin bin Buni (anak laki-laki), Ida binti Buni (istri), dan Ita binti Buni (anak perempuan).
4. Usia yang mengalami konversi agama
Kebanyakan yang mengalami konversi agama masih tergolong usia muda, yaitu berusia antara 13 – 45 tahun. Hanya 18,8 % yang sudah mencapai usia lebih dari 45 tahun. Golongan usia yang paling banyak mengalami konversi agama ialah 22-45 tahun (28,1 %), dan usia 13-21 tahun (25,0 %). Sedangkan yang berusia kurang dari 13 tahun, tidak ada sama sekali, dan ada sekitar 25 % tidak dijelaskan dalam pemberitaan berapa usia mereka. Kemudian 3,1 % lagi merupakan gabungan berbagai usia, karena satu keluarga yang terdiri dari 4 orang, sekaligus memeluk agama Islam secara bersama-sama.
5. Asal agama
Asal agama mereka yang mengalama konversi agama pada umumnya (71,9 %) adalah Agama Kristen, yaitu 37,5 % dari agama Kristen Katholik, dan 34,4 % dari agama Kristen Protestan. Sedangkan dari agama lain seperti Budha, Shinto dan Kaharingan masing-masing hanya 3,1 %.
Pemeluk Islam yang berasal dari agama Shinto ialah Profesor Dr. Atsusi Okuda dari Negeri Sakura Jepang. Beliau adalah seorang guru besar pada Fakultas Manajemen Kebijakan, di Universitas Keio, Jepang. Sedangkan yang berasal dari agama Kaharingan ialah Maliter bin Duar Tarung yang mengucapkan syahadat di bawah bimbingan KH. Husin Naparin, LC, MA. Kemudian ada 18,8 % tidak disebutkan asal agama mereka.
6. Asal daerah
Daerah atau negara asal mereka yang mengalami konversi agama yang diberitakan pada tabloid Jum’at kebanyakan adalah dari daerah Kalimantan Tengah (25 %) dan Kalimantan Selatan (18,8 %), juga dari Jakarta (9,4 %). Sedangkan daerah-daerah lain seperti Jawa Timur, Sumatera Utara, bandar Lampung, Bogor, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan hanya sekitar 3,1 % - 6,3 %.
Di samping itu, ada juga yang berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia dan Jepang. Seperti Raymond A. Klesc adalah seorang warga negara Amerika yang berprofesi sebagai arsitektur di sebuah perusahaan besar. Prof. Dr. Arthur Alison dari Inggris, Prof. Dr. Atsusi Okuda dari Jepang, dan Lev Tolstoi dari Rusia.
7. Pendidikan terakhir yang mengalami konversi agama
Banyak di antara berita konversi agama itu (46,9 %) tidak menjelaskan tingkat pendidikan formal mereka yang mengalami konversi agama. Hanya 17 berita (53,1 %) saja dari berita yang dianalisis ada mengemukakan pendidikan mereka yang mengalami konversi agama. Dari 17 (53,1 %) berita yang ada menyebutkan tingkat pendidikan formal terakhir mereka yang mengalami konversi agama, 11 di antaranya adalah berpendidikan Perguruan Tinggi, mulai dari tingkat Diploma Tiga, S-1 hingga S-3.
Dengan demikian, yang mengalami konversi agama itu kebanyakan adalah mereka yang sedang atau sudah mengecap pendidikan Tinggi, bahkan tamat S-3 dan bergelar Doktor serta berjabatan akademik frofesor. Seperti Profesor Dr. Atsusi Okuda, dari Universitas Keio Jepang, Prof. Dr. Arthur Alison, Kepala jurusan Teknik Elektro, Universitas London, Inggris.
8. Pekerjaan yang mengalami konversi agama
Pekerjaan mereka yang mengalami konversi agama nampaknya sangat beragam. Banyak di antara mereka yang merupakan pegawai swasta, sebahagian mahasiswa dan artis atau sastrawan. Ada dari kalangan petani, arsitektur bahkan profesor dari universitas terkemuka di dunia seperti Prof. Dr. Atsusi Okuda dari Universitas Keio, Jepang, dan Raymond A. Klesc, seorang arsitektur dari Amerika Serikat, dan Prof. Dr. Arthur Alison, seorang pakar Teknik Elektro dari Universitas London, Inggris.
Di samping itu, ada juga dari kalangan sastrawan, seperti Lev Tolstoi, yaitu seorang sastrawan yang dikenal luas di Rusia. Dia mengimani Islam karena merasa kurang puas dengan ajaran Kristen Katholik yang dianutnya. Akhirnya ia meninggalkan dunia kesusastraan dan lebih memusatkan perhatian pada pengajaran yang bersifat keagamaan, keadilan sosial, seni dan perdamaian. Tapi ada 9 (28,1 %) berita tidak menyebutkan pekerjaan mereka yang mengalami konversi agama.
9. Status perkawinan yang mengalami konversi agama
Kebanyakan yang mengalami konversi agama adalah dari kalangan mereka yang belum kawin/menikah yaitu 43,8 %, tapi ada juga yang sudah kawin (18,8 %) bahkan janda (6,3 %). Namun 31,3 % tidak disebutkan status perkawinan mereka.
10. Penyebab utama konversi agama
Ada 22 faktor utama yang ditemukan dalam penelitian ini yang menyebabkan mereka mengalami konversi agama. Faktor yang agak menonjol yang dialami oleh beberapa orang ialah karena ragu terhadap ajaran Kristen, kagum terhadap isi al-Qur’an, agama Kristen tidak dapat memberi kedamaian, dan tertarik dengan kebenaran ajaran Islam.
Misalnya Prof. Dr. Atsusi Okuda memeluk Islam setelah lebih dahulu melakukan studi perbandingan agama dan peradaban selama bertahun-tahun. Demikian juga Raymond A. Klesc, memeluk Islam setelah mempelajari terjemahan al-Qur’an secara cermat, prof. Dr. Arthur Alison memeluk agama Islam juga setelah mengkaji terjemahan al-Qur’an selama bertahun-tahun.
Ada juga akibat kawin dengan gadis/pemuda yang beragama Islam. Seperti dialami oleh Syurya, seorang penganut agama Budha dari kota hujan Bogor Jawa Barat, ia memeluk Islam karena ingin kawin dengan seorang gadis muslim bernama Desy binti Adnan. Namun Syurya lebih dahulu memeluk Islam sebelum mengawini Desy, kekasihnya.
Akibat bermimpi bertemu dengan seseorang yang memakai jubah putih. Hal ini antara lain dialami oleh Desisari Sandi (20 tahun) anak seorang pendeta yang mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan ustaz H.M. Shafwan Mas’udy. Desi menuturkan bahwa pada suatu malam dia didatangi oleh seseorang yang berpakaian serba putih bersih dan berkata : ‘kalau kamu ingin sembuh dari penyakit pulasit, kamu harus masuk islam’. Anehnya selang satu minggu mimpi itu datang lagi hingga terjadi tiga kali. Akhirnya setelah mendapat restu dari ibunya yang beragama Katholik, dan tanpa restu ayah, ia memeluk agama Islam.
Alasan-alasan yang kurang kuat juga ada ditemukan. Seperti memeluk Islam hanya sekedar memenuhi harapan ibu yang sudah meninggal, seperti dialami oleh Xaverius Andrean Sulistyo dari Sidoarjo, Jawa Timur. Beliau memeluk agama Islam karena ingin memenuhi harapan ibunya yang beragama Islam, dan telah meninggal dunia. Sebab ada ketentuan dalam keluarga mereka yang kawin spil itu, anak pertama harus masuk Kristen Katholik (sesuai agama ayah), anak kedua masuk Islam (sesuai agama ibu), anak ketiga masuk Kristen katholik, demikian seterusnya selang seling. Kebetulan Xaverius lahir sebagai anak ketiga yang sudah pasti harus memeluk agama Kristen. Namun suatu ketika, ibunya pernah mengajaknya untuk masuk Islam saja. Tetapi dia takut kepada ayahnya karena akan melanggar aturan. Tak lama setelah itu ibunya meninggal dunia yang menyebabkan hatinya terpukul, sehingga untuk menyenangkan hati ibunya yang sudah meninggal, dia memeluk agama Islam.
Ada pula yang memang suka berpindah-pindah agama. Seperti dialami oleh Suparti, mulanya dia dilahirkan sebagai seorang muslim. Kemudian ia kawin dengan seorang pemuda beragama Kristen Katholik sehingga ia juga ikut agama suaminya. Tetapi rumah tangga mereka juga berakhir dengan perceraian. Dia menjadi Tenaga Kerja Wanita Indonesia ke Taiwan, yang akhirnya dia menikah dengan pemuda Taiwan yang beragama Budha. Cerai lagi dan akhirnya dia kembali ke Indonesia, sekaligus berpindah agama lagi kepada Islam.
11. Pengalaman sesudah memeluk Islam
Mereka mempunyai pengalaman yang bermacam-macam setelah memeluk Agama Islam. Di antara pengalaman yang menonjol ialah mereka merasakan ketenangan dan kedamaian batin setelah memeluk agama Islam. Hal ini antara lain dialami oleh Haris Prasetyo, seorang mahasiswa Uniska Banjarmasin jurusan Kesehatan masyarakat. Dia mengatakan telah enam tahun memendam rindu terhadap agama Islam, tepatnya sejak kelas satu SMP. Dia sudah banyak belajar Islam secara diam-diam, bahkan secara sembunyi-sembunyi telah mulai memperaktekkan salat dan berpuasa. Namun keinginannya baru tercapai setelah dia menjadi mahasiswa. Hatinya sangat merasa tenang dan damai setelah resmi memeluk agama Islam.
Perasaan-perasaan lain dari mereka yang mengalami konversi agama ialah dapat merasa lega, dan ingin mengamalkan ajaran Islam secara sungguh-sungguh, serta melihat Islam itu sebagai agama yang indah dan sangat sesuai bagi manusia. Namun ada delapan berita yang tidak menyebutkan bagaimana pengalaman mereka yang mengalami konversi agama setelah memeluk Islam.
12. Reaksi orangtua/keluarga
Berbagai reaksi dari orangtua dan keluarga muncul kepada mereka yang mengalami konversi agama. Reaksi tersebut ada yang bersifat baik, tetapi ada juga yang bersifat buruk dan kasar. Namun pada umumnya orangtua dan keluarga mereka nampaknya dapat menyetujui, dan memandang perpindahan agama itu sebagai hak masing-masing. Tetapi memang ada juga yang dikucilkan dari lingkungan keluarga, dicaci maki bahkan ada yang dipukul dengan parang.
Seperti dialami oleh Deny, seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Banjarmasin. Setelah dia memeluk Islam, dia dikucilkan dari lingkungan keluarganya. Biaya kuliahnya diberhentikan, bahkan pernah dipukul dengan parang sebanyak dua kali. Namun dia tetap pada pilihannya, dengan mencari biaya kuliah sendiri, dan bertekat untuk hidup mandiri tanpa bantuan keluarga. Karena keluarganya memang berasal dari penganut Katholik yang sangat fanatik. Bahkan neneknya adalah seorang pendeta yang dihormati di daerahnya.
13. Cara menghadapi reaksi orangtua/keluarga
Cara yang paling banyak dilakukan dalam menghadapi reaksi dari orangtua/keluarga adalah pasrah menerima keadaan apa pun yang terjadi, tidak perduli dan tetap mantap dengan agama yang baru dianutnya, dan mencoba hidup mandiri lepas dari lingkungan keluarga. Ada juga yang mencoba minta izin secara baik-baik kepada orangtua dan keluarga. Namun ada sembilan berita yang tidak menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan mereka yang mengalami konversi agama.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diketahui bahwa berita-berita tentang konversi agama umumnya disiarkan secara menonjol oleh tabloid Jum’at. Hal itu berarti berita-berita tersebut dipandang penting dan menarik oleh tabloid Jum’at, karena nampaknya ada kaitan dengan unsur dakwah yang ingin mengajak orang lain untuk mengikuti jejak mereka yang telah mengakui Islam sebagai agama yang benar.
Kebanyakan mereka yang mengalami konversi agama adalah laki-laki dan berusia muda, yaitu pada umumnya usia antara 13 – 45 tahun. Keadaan ini memang sesuatu hal yang menarik, sebab mereka sadar dan ingin kembali kepada agama yang benar bukan di saat-saat mereka berusia senja yang sudah lebih banyak berorientasi kepada kematian, tetapi justru di masa-masa sangat produktif untuk memikirkan kepentingan dunia dan masa depan.
Namun apabila dikaitkan dengan pandangan Zakiah Daradjat, pada kelompok usia itu memang sering terjadi goncangan jiwa yang membuat seseorang gelisah. Sehingga ia berusaha mencari ketenangan batin, dan kemungkinan Islam itu dapat memberikan ketenangan batin kepadanya.
Mereka yang mengalami konversi agama pada umumnya berasal dari daerah Kalimantan. Karena nampaknya di daerah Kalimantan ini terutama di Banjarmasin ada kegiatan yang fokus pada kegiatan dakwah yang bersifat eksternal. Sehingga banyak yang berhasil mereka sadarkan untuk memeluk agama Islam. Di samping itu, nampaknya para wartawan tabloid Jum’at yang membidangi masalah ini lebih banyak hubungan dengan daerah-daerah tersebut, sementara hubungan dengan daerah lain yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang konversi agama sangat kurang. Sehingga seolah-olah nampaknya peristiwa konversi agama itu lebih banyak terjadi di daerah Kalimantan, dan sedikit terjadi di daerah lain. Pada hal sebenarnya di Sumatera Utara dan daerah-daerah lainnya di Indonesia khususnya, banyak juga terjadi konversi agama.
Yang lebih menarik lagi dari hasil penelitian ini adalah ternyata mereka yang mengalami konversi agama itu pada umumnya adalah yang sedang menjalani atau sudah melalui perguruan tinggi, bahkan ada beberapa orang yang sudah profesor pada berbagai disiplin ilmu. Mereka memeluk Islam setelah melalui pengkajian-pengkajian ilmiah terhadap al-Qur’an dan ajaran Islam melalui tradisi akademik, sehingga mereka benar-benar mengakui kebenaran al-Qur’an. Hal ini antara lain dialami oleh Arthur Alison, Atsusi Okuda, Raymond Klesc dan lain-lain. Keadaan ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama rasional dan sesuai untuk seluruh zaman dan semua orang.
Mereka yang memeluk Islam itu kebanyakan belum menikah, karena masih sekolah atau masih usia muda, dengan berbagai penyebab konversi. Mulai dari pertimbangan-pertimbangan hasil kajian ilmiah seperti yang dilakukan oleh para profesor hingga kepada alasan-alasan yang kurang kuat dan kurang logis. Seperti sekedar memenuhi harapan orangtua, atau karena memandang agama itu sama saja.
Faktor penyebab utama mereka memeluk agama Islam ini banyak mempengaruhi kepada pengalaman dan perasaan mereka setelah masuk Islam. Bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin memeluk Islam karena dasar iman dan keyakinan, maka mereka nampaknya akan memperoleh kedamaian dan ketenangan batin. Tetapi bagi mereka yang memeluk agama Islam hanya sekedar memenuhi harapan orangtua, maka mereka hanya merasakan kepuasan karena dapat memenuhi harapan orangtua.
Reaksi orangtua terhadap mereka yang mengalami konversi agama secara umum nampaknya dapat dikelompokkan kepada dua, yaitu reaksi yang bersifat positif dan kedua reaksi yang bersifat negatif. Reaksi ini nampaknya sangat dipengaruhi oleh tingkat kefanatikan orangtua dan keluarga terhadap agama yang dipeluknya. Bagi keluarga yang berasal dari pendeta misalnya, memberikan reaksi yang cukup keras bagi anggota keluarganya yang memeluk Islam, sampai mencaci, menyingkirkan bahkan memukulnya dengan parang seperti yang dialami oleh Deny. Tetapi bagi keluarga yang tidak kuat beragama, nampaknya cukup toleran memberikan kebebasan beragama kepada anggota keluarganya yang ingin memeluk Islam.
Namun bagaimanapun hebatnya reaksi yang diberikan oleh orangtua dan keluarga, nampaknya mereka tetap tabah dan tetap komit dengan agama barunya. Bahkan ada yang bertekat untuk hidup mandiri walaupun sudah putus hubungan dengan orangtua dan keluarga.
Kesimpulan
Berita tentang konversi agama disiarkan secara menonjol pada tabloid Jum’at. Hal ini merupakan satu bentuk dakwah tersendiri bagi tabloid Jum’at untuk mengajak orang lain mengikuti langkah mereka yang memeluk agama Islam.
Profil mereka yang mengalami konversi agama sangat beragam, baik dilihat dari sudut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, maupun asal agama dan daerah. Penyebab utama mereka mengalami konversi agama juga amat beragam, mulai dari hasil pengkajian ilmiah, melalui mimpi, meragukan ajaran Kristen, menemukan kebenaran dalam Islam, hingga kepada alasan-alasan yang kurang kuat.
Reaksi orangtua/keluarga nampaknya sangat dipengaruhi oleh tingkat keta’atan mereka kepada agama yang dipeluknya. Makin longgar keta’atannya, nampaknya cenderung semakin demokratis, demikian juga sebaliknya. Namun betapapun kerasnya reaksi yang diberikan orangtua dan keluarga, nampaknya mereka tetap komit dengan agama yang baru dipeluknya (Islam).
DAFTAR BACAAN
Abdullah, Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Ali, T. Hasan. 1965. Ilmu Perbandingan Agama. Yogyakarta: Al-Falah.
Arifin, M. 1977. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1982. Metodologi Dakwah Kepada Suku Terasing. Jakarta: Team Proyek Penerangan dan Bimbingan Dakwah/Khotbah Agama Islam.
Gouran, L.S., Wiethoff, W.E, dan Doelger, J.A. 1994. Mastering Communication. Boston: Allyn and Bacon.
Idid, Syed Arabi. 1993. Kaedah Penyelidikan Komunikasi dan Sains Sosial. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
--------------------. 1999. Analisis Kandungan. Kuala Lumpur: Jabatan Komunikasi, UKM.
Littlejohn, S.W. 1989. Theories of Human Communication. California: Wadsworth Publishing Company.
Maulana, M. 2004. ‘Al-Qur’an Membuka Mata Hati Saya’. Tabloid Jum’at, No. 640, 12 Jumadil Akhir 1425 H, 30 Juli 2004, hal. 13.
--------------------. 2004. ‘Temukan Kebenaran Islam Lewat Jalur Akademik’. Tabloid Jum’at, No. 658, 27 Syawal 1425 H, 10 Desember 2004, hal. 13.
McCombs, M. & Shaw, D. 1976. ‘Structuring the Unseen Environment’. Journal of Communication, hal. 18 – 22.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Neuman, W. Lawrence. 1997. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Palmgreen, P. & Rayburn, J.D. 1982. Gratifications Sought and Media Exposure: An Expectancy Value Model. Communication Research, 9 : 561-580.
Rust, R.T. & Cooil, B. 1994. ‘Reliability Measures for Qualitative Data: Theory and Implications’. Journal of Marketing Research, 31 (2): 1-14.
Svennevig, M. et al. 1988. Godwatching: Viewers, Religion and Television. London: John Libbey & Company Ltd.
Wimmer, R.D dan Dominick. 1991. Mass Media Research An Introduction. California: Wadsworth Publishing Company.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Sumber:www.litagama.org
No comments:
Post a Comment