Saturday, May 10, 2008

PERANAN HIMPUNAN DATA DALAM PELAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMA NEGERI 2 MEDAN

Oleh: Tarmizi

The study is aimed at explaining the teacher preparation, the learning process, and the facilities used in a group counseling. Using a descriptive qualitative approach, the data were collected with indepth interaview and analyzed by narrative technique. The study found that the teacher as a consultant prepared the subjects and learning strategy before counseling schedule. It also explained that the cumulative record had an important role as a tool in counseling process for both the students and teachers.

Kata Kunci: Himpunan data, konseling kelompok

Sebelum konseling kelompok diperkenalkan, kebanyakan para guru pembimbing hanya melaksanakan konseling perorangan untuk mengatasi masalah siswa. Oleh karena jumlah siswa yang diasuh cukup banyak, dalam hal ini ratio antara guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh yang menjadi tanggung jawabnya yakni 1 : 150 orang siswa, maka layanan konseling perorangan kurang efisien.

Konseling kelompok diharapkan mempunyai manfaat yang cukup besar, jika dibandingkan dengan layanan konseling perorangan. Hal ini karena dalam layanan konseling perorangan hanya seorang demi seorang siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing, sedangkan dalam layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan mendapatkan layanan konseling secara merata bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami secara bersama-sama melalui dinamika kelompok. Oleh karena itu layanan konseling kelompok merupakan alternatif yang tepat dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam mengatasi masalah siswa.

Himpunan data berperan dalam berbagai layanan BK termasuk layanan konseling, baik pada layanan konseling individu maupun konseling kelompok. Prayitno dan Erman Anti (1999) menyatakan, bahwa guru pembimbing harus membina kerja sama dengan siswa, orang tua, dan personil sekolah. Selanjutnya Slameto (1988) mengemukakan, bahwa peranan guru pembimbing adalah sebagai perencana program, administrator BK, penasihat, konsultan, pemberi informasi, tester, penatar BK, dan konselor.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Prayitno, dkk (1997) menyatakan, bahwa salah satu di antara tugas guru pembimbing adalah melaksanakan segenap program kegiatan pendukung, sedangkan himpunan data merupakan bagian dari kegiatan pendukung.

Sedangkan Combs, Cohen, Gibian dan Sniffen dalam Mahler yang dikutip Elida (2001:6) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah:They define group counseling as a dynamic interpersonal process through which individuals within the normal range of adjustment work within a peer group and with of professionally trained counselor, that they exploring problems and feelings in attempt to modify their attitudes so that they are better able to deal with developmental problems.

Seiring dengan pendapat Cobms dalam konseling kelompok, Gazda, Duncan dan Meadows dalam Cull & Hardy yang dikutip Elida (2001:7) mengemukakan: Group Counseling is a dynamic interpersonal process focusing on concius thought and behavior and involving the therapy function of permissiveness, orientation to reality, catharsis and mutual trust, caring, understanding, acceptance, and support.

Seiring dengan pengertian dan nilai-nilai konseling kelompok (Prayitno, 1995) menjelaskan bahwa konseling kelompok merupakan proses kegiatan dalam kelompok di mana sesama anggota kelompok melakukan interaksi sosial yang dinamis untuk membahas masalah-masalah yang dialami setiap anggota kelompok, sehingga ditemukan arah dan cara pemecahannya.

Menurut Mahler dalam Elida (2001:31-33), bahwa tahap-tahap pelaksanaan konseling tersebut adalah: In group counseling, the four stage of development are (1) the involvement stage, (2) the transition stage, (3) the working stage, dan (4) the ending stage. Maksudnya dalam konseling kelompok empat tahap per-kembangannya adalah (1) tahap pelibatan, (2) tahap peralihan, (3) tahap bekerja, dan (4) tahap pengakhiran.

Gazda dalam Shartzer & Stone yang dikutib Elida (2001:28-31) menjelaskan tahap-tahap dalam proses konseling kelompok sebagai berikut: Counseling groups, go through four stages: exploratory, transition, action and termination. Artinya, konseling kelompok berlangsung melalui empat tahap, yaitu tahap penjelajahan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

Prayitno (1995) mengemukakan, bahwa konseling kelompok meliputi empat tahap, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang dihimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi dari himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan sesuai dengan kebutuhannya (Prayitno, 1995). Selanjutnya Winkel (1991) menjelaskan tujuan dari pengumpulan data ialah mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang peserta didik, serta membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang dirinya, sehingga pelayanan lebih bersifat objektif.

Ryan dan Zerah (dalam Yusuf, 1992) menjelaskan bahwa pengadministrasian data diri siswa merupakan program inti. Ada lima jenis data yang harus dikumpulkan untuk menjadi isi dari himpunan data, yaitu: data identitas anak, catatan hasil sekolah, catatan hasil tes, Laporan penilaian diri, laporan lain yang berguna.

Prayitno dan Erman Amti (1999:320) menyatakan bahwa isi himpunan data adalah: (1) identitas pribadi (2) latar belakang rumah tangga (3) kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian (4) sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran (5) hasil tes diagnostik (6) sejarah kesehatan (7) pengalaman ekstra kulikuler dan kegiatan luar sekolah (8) minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan (9) prestasi khusus yang pernah diperoleh.

Di sisi lain Thantawy (1995) menjelaskan bahwa menghimpun data adalah sebagian tugas dalam manajemen bimbingan dan konseling, karena istilah dalam bimbingan dan konseling adalah usaha yang dilakukan untuk mendayagunakan semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) termasuk himpunan data yang merupakan sumber informasi dalam melaksanakan layanan.

Data yang dibutuhkan diperoleh dari dua sumber, yaitu dari diri siswa sendiri dan dari orang lain. Dari diri siswa misalnya tentang cita-cita, bakat, minat dan sebagainya. Sedangkan dari orang lain dapat menyajikan tentang siswa, misalnya dari wali kelas tentang prestasi belajarnya setiap cawu, dan rekan siswa tentang hubungan sosialnya, dalam bergaul dengan teman disekitarnya, dari orang tua tentang situasi dan kondisinya dalam keluarga. (I Djumhur dan Moh. Surya, 1975).

Kartini Kartono (1985) mengungkapkan bahwa seorang pembimbing tidak akan berbicara tentang masalah atau membuka rahasia klien kepada siapapun, kecuali: dengan seizin klien, Jika ada sesuatu hal yang sangat membahayakan hidup klien atau membahayakan orang-orang di sekitar klien, Jikalau informasi itu sudah mengarah kepada tindakan kriminal.

Berkenaan dengan peranan kegiatan pendukung BK termasuk di dalamnya himpunan data, Prayitno (1997) menjelaskan bahwa terlaksananya layanan bimbingan dan konseling lebih utama daripada kegiatan pendukung. Hal ini bukan berarti bahwa kegiatan pendukung tidak perlu dilaksanakan. Kegiatan pendukung tetap sangat penting dilaksanakan oleh guru pembimbing dengan sebaik-baiknya. Sebaiknya pelayanan bimbingan dan konseling terselenggara melalui dukungan dari kegiatan pendukung yang ditata dengan baik.

Untuk memudahkan penyelenggaraan himpunan data, menurut Prayitno (1997) bahwa dalam konseling kelompok keseluruhan data dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: data pribadi, data kelompok, dan data umum. Selanjutnya keterkaitan antara himpunan data sebagai kegiatan pendukung BK dengan pelaksanaan jenis-jenis layanan BK khususnya pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Keterkaitan Antara Kegiatan Pendukung dengan

Layanan Bimbingan dan Konseling

Kegiatan Pendukung

Instru-

mentasi

Himpunan Data

Konfrensi Kasus

Kunjungan Rumah

Alih Tangan

1. Layanan Orientasi

X

X

2. Layanan Informasi

X

X

3. Layanan Penempatan/ Penyaluran

X

X

X

X

4. Layanan Pembelajaran

X

X

X

X

X

5. Layanan Konseling Perorangan

X

X

X

X

X

6. Layanan Bmbingan Kelompok

X

X

X

X

7. Layanan Konseling Kelompok

X

X

X

X

X

Sumber: Buku SPPBKS SLTA

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa himpunan data terkait dan berperan pada keseluruhan pelayanan bimbingan dan konseling termasuk di dalamnya layanan konseling kelompok. Apabila layanan dilaksanakan tanpa peranan dari himpunan data maka akan menghilangkan bantuan dan layanan yang sebaik-baiknya.

Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup (Prayitno, 1997). Hal ini disebabkan karena secara umum himpunan data sangat bermanfaat dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling termasuk layanan konseling kelompok. Berkaitan dengan peranan himpunan data dalam layanan konseling kelompok yakni dalam pembentukan kelompok.

Bimo Walgito (1989) mengemukakan bahwa pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam BK. Konseling baru dapat diberikan secara baik kalau data/keterangan individu yang akan diberikan layanan telah diketahui, termasuk dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terutama peranan himpunan data tersebut dalam pembentukan kelompok.

Selanjutnya I Djumhur dan Moh. Surya (1975) berpendapat bahwa pengumpulan data merupakan langkah pertama dalam kegiatan bimbingan, karena data yang telah dikumpulkan itu akan sangat menentukan jenis masalah yang dihadapi individu, setelah itu akan dapat ditentukan jenis layanan serta teknik yang dapat dilakukan berdasarkan masalah yang ada.

Pendapat ke dua ahli di atas semakin menunjukkan bahwa himpunan data yang baik akan berperan bila guru pembimbing akan melakukan layanan konseling pada siswanya, termasuk dalam memberikan layanan konseling kelompok.

Himpunan data diperlukan dalam pelaksanaan konseling kelompok terutama dalam menentukan klien yang akan dibawa dalam konseling kelompok. Merle dalam Yalinus (2002: 24) mengemukakan "Failure to use the fact available in the cumulative record means depriving a child of the best possible help. But if the record is to be used, it must be functional".

Sehubungan dengan hal di atas, Ralph dalam Yalinus (2002:21) mengemukakan, bahwa "The cumulative record was created to systematically store significant information about a child’s growth and development over a period of time". Cumulative record 1. Pupil accounting 2. Teaching efficiency. 3. Pupil guidance. Maksudnya adalah, bahwa himpunan data itu dibuat untuk memberikan informasi yang berarti secara sistematik tentang pertumbuhan dan perkembangan siswa/klien dalam beberapa waktu. Ada tiga fungsi dari himpunan data: pertama laporan tentang keadaan siswa termasuk masalah yang dialaminya, kedua keefisienan pengajaran, dan ketiga bimbingan yang diberikan kepada siswa.

Pencatatan proses dan hasil pelaksanaan layanan BK dalam himpunan data termasuk di dalamnya pelaksanaan konseling kelompok adalah merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan karena dengan demikian, ada data yang sistematis yang dapat dijadikan sebagai laporan pelaksanaan layanan BK dan yang terpenting adalah sebagai dasar untuk menentukan tindak lanjut penilaian maupun pelayanan selanjutnya.

Pencatatan proses dan hasil konseling kelompok dalam himpunan data mencakup seluruh proses pelaksanaan layanan konseling kelompok yang mencakup pelaksanaan tahap-tahap konseling kelompok termasuk di dalamnya dinamika dan interaksi yang terjadi dalam proses konseling kelompok. Sedangkan pencatatan hasil layanan konseling kelompok dalam himpunan data mencakup perubahan sikap anggota kelompok, pengentasan masalah, tumbuhnya rasa kebersamaan dan komitmen bersama serta hal-hal lain yang timbul dari konseling kelompok tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis yang di dalamnya terdapat data yang bersifat kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan persiapan dan pelaksanaan tahap-tahap konseling kelompok, peranan himpunan data dalam konseling kelompok, pendokumentasian proses dan hasil konseling kelompok dalam himpunan data, serta kendala-kendala pelaksanaan konseling kelompok dan himpunan data. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria-kriteria menurut pendapat Prayitno.

Objek penelitian ini adalah persiapan guru pembimbing dalam melaksanakan konseling kelompok, pelaksanaan tahap-tahap konseling kelompok, pemanfaatan himpunan data dalam konseling kelompok baik dalam pembentukan kelompok, penentuan klien dan masalah yang akan dibawa ke dalam konseling kelompok dan pencatatan proses serta hasil konseling kelompok dalam himpunan data. Penelitian ini juga membahas kendala pelaksanaan konseling kelompok dan penyelenggaraan himpunan data.

Penelitian ini difokuskan pada guru pembimbing jumlahnya sebanyak enam orang, terdiri dari satu orang koordinator yang merangkap sebagai guru pembimbing dan lima orang sebagai guru pembimbing, kepala sekolah dan siswa.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan objek dan subjek penelitian, yaitu: wawancara, studi dokumentasi dan untuk menganalisis data penulis menggunakan analisis naratif.

Keabsahan data yang diperoleh di lapangan diperiksa dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut: wawancara terstruktur diajukan pada saat pertama kali wawancara dan pada wawancara berikutnya pada responden yang sama dilakukan wawancara tidak terstruktur dengan materi pertanyaan yang sama, pertanyaan yang sama diajukan kepada beberapa responden baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur, Melalui kesesuaian hasil wawancara dengan dokumen atau laporan yang tertulis, mengkonfirmasikan hasil temuan dengan renponden

Hasil Penelitian

Kondisi fasilitas BK di SMAN 2 kurang memadai. Keadaan ini terutama dilihat dari segi keseluruhan fasiltas yang ada. Satlan, Satkung dan Lapelprog sebagai bukti fisik pelaksanaan layanan yang akan dan telah dilaksanakan.

Khusus berkenaan dengan satlan, satkung dan lapelprog sebagaimana wawancara temuan penelitian di atas, nampaknya guru pembimbing lebih terfokus melaksanakan layanan dari pada membuat program dan laporan, walaupun kadang-kadang satlan, satkung dan lapelprog masih juga di buat.

Dari kenyataan yang ada fasilitas BK di sekolah ini masih jauh dari memadai, baik dilihat dari keberadaan ruang kerja guru pembimbing, pedoman BK, buku-buku teks, kelengkapan administrasi dan elektronik belum ada sama sekali.

Persiapan yang dilaksanakan guru pembimbing dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok memang telah dilaksanakan terutama dalam mempersiapkan peserta/siswa yang akan terlibat/menjadi anggota kelompok sekitar 12 orang. Namun terkadang tidak semua siswa yang telah ditentukan dalam kelompok dapat mengikuti kegiatan tersebut karena berbagai hal dan apabila konseling kelompok harus dilaksanakan secara insidental, maka jumlah peserta atau anggota kelompok disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Berkenaan dengan pemanfaatan himpunan data, guru pembimbing memang telah menggunakan himpunan data untuk pembentukan kelompok dalam konseling kelompok walaupun belum setiap siswa yang ikut dalam konseling kelompok berdasarkan pada himpunan data.

Apabila pemanfaatan himpunan data dalam pembentukan kelompok dalam realitas di lapangan, dibandingkan dengan harapan bahwa himpunan data benar-benar dapat sepenuhnya dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok, maka dapat dikatakan, bahwa belum sepenuhnya harapan tersebut dapat terpenuhi.

Selain hal di atas, pemanfaatan himpunan data dalam penentuan klien dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok sebagaima realitas di lapangan, apabila dibandingkan dengan harapan bahwa himpunan data dapat sepenuhnya dijadikan sebagai dasar dalam penentuan klien sebagai peserta dalam konseling kelompok, maka dapat dikatakan bahwa harapan tersebut belum sepenuhnya tercapai karena kadang-kadang guru pembimbing tidak berdasarkan himpunan data dalam menentukan klien sebagai anggota dalam konseling kelompok.

Pada dasarnya guru pembimbing memahami dan menyadari pentingnya pencatatan proses dan hasil pelaksanaan konseling kelompok pada waktunya dalam himpunan data, namun mereka belum melaksanakannya secara sempurna. Berdasarkan wawancara tersebut juga diketahui bahwa motivasi guru pembimbing dalam pencatatan proses dan hasil pelaksanaan konseling kelompok dalam himpunan data perlu peningkatan. Pencatatan tersebut dilaksanakan oleh guru pembimbing lebih terdorong oleh adanya pemeriksaan atau laporan kepada kepala sekolah dan pengawas, sehingga belum sepenuhnya berorientasi pada manfaat pencatatan himpunan data.

Labih lanjut, berdasarkan hasil wawancara di atas juga dapat diketahui bahwa bentuk himpunan data yang ada adalah berupa sebuah buku induk atau buku besar yang di dalamnya mencakup segenap data siswa tanpa ada pemilahan-pemilahan yang jelas. Dengan kondisi di atas, maka guru pembimbing kadang-kadang menemui kesulitan dalam mentukan layanan selanjutnya kepada siswa karena data terkumpul menjadi satu tanpa adanya pemilahan/klasifikasi yang jelas.

Kalau kita cermati guru pembimbing sebenarnya dapat menyelenggarakan himpunan data dalam berbagai bentuk apabila dana dan fasilitas memungkinkan, sehingga mudah diakses kembali untuk dimanfaatkan dalam melaksanakan pelayanan kepada siswa. Mengingat banyaknya aspek-aspek data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan. Alat ini disebut dengan buku pribadi. Adapun kendala pelaksanaan himpunan data adalah: 1). Masalah dan, 2) Pelaksanaannya memakai waktu khusus dan, 3) Pengolahan dan pelaksanaan data yang sulit.

Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian dari jawaban pertanyaan penelitian maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru pembimbing telah melaksanakan persiapan sebelum melaksanakan konseling kelompok yang mencakup persiapan fisik, administrasi, teknik/metode, walaupun belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang seharusnya.

2. Pelaksanaan tahap-tahap konseling kelompok

a. Persiapan guru pembimbing untuk melaksanakan konseling kelompok.

b. Tahap pembentukan dalam konseling kelompok telah dilaksanakan oleh guru pembimbing walaupun pada tahap ini belum disertai dengan merangkaikan nama kecil seluruh anggota kelompok dalam membina keakraban.

c. Tahap peralihan dalam konseling kelompok secara umum telah dilaksanakan walaupun unsur tanya jawab terhadap hal-hal yang disampaikan dalam tahap pembentukan kurang mendapatkan penekanan.

d. Tahap kegiatan dalam konseling kelompok telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang ada.

e. Tahap pengakhiran memang telah dilaksanakan guru pembimbing sesuai dengan kriteria yang ada, namun guru pembimbing masih memberikan nasehat-nasehat kepada seluruh anggota kelompok.

3. Pemanfaatan Peranan himpunan data dalam pelaksanaan konseling kelompok adalah:

a. Peranan himpunan data terhadap pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok dalam pelaksanaan konseling kelompok memang telah berdasarkan himpunan data, walaupun seringkali ada siswa yang ikut/menjadi anggota kelompok belum berdasarkan pada himpunan data.

b. Peranan himpunan data terhadap penentuan klien dan pembahasan masalah. Guru pembimbing telah memahami dan menyadari pentingnya peranan himpunan data dalam penentuan klien yang akan menjadi anggota konseling kelompok, walaupun ada siswa yang ikut dalam konseling kelompok berdasarkan himpunan data dalam penentuan klien.

Pendokumentasian/pencatatan proses dan hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok telah dimasukkan dalam himpunan data walaupun terkadang masih berorientasikan kepada adanya pemeriksanaan disamping orientasi kebutuhan siswa.

4. Kendala-kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dan penyelenggaraan himpunan data adalah belum adanya alokasi dana, kurang adanya waktu dari guru pembimbing, kurang ketelitian dari pengawas/pemeriksa dan kurang adanya motivasi yang tinggi dari guru pembimbing.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, hal yang dapat disarankan adalah:

Kepada Kepala Sekolah hendaklah lebih memperhatikan keberadaan program kerja guru pembimbing dalam memberikan layanan terhadap siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang BK khususnya cara melaksanakan konseling kelompok.

Diharapkan kepada Kepala Sekolah untuk dapat menyediakan anggaran yang cukup dalam penyelenggaraan himpunan data serta kegiatan BK lainnya.

Diharapkan kepada guru pembimbing agar lebih giat mensosialisaikan program-program BK terhadap personil-personil sekolah dan para siswa, sehingga layanan yang diberikan seperti kegiatan konseling kelompok lebih mendapat respon dari semua pihak

Kepada guru pembimbing disarankan juga untuk menata waktu kegiatan sebaik mungkin, sehingga kegiatan himpunan data dapat berjalan dengan baik serta hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membantu menyelesaikan masalah siswa

Diharapkan koordinator BK sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kegiatan BK dapat memfasilitasi keterampilan guru pembimbing lainnya dengan keterampilan melaksanakan himpunan data dan konseling kelompok

Peneliti lain sebagai bahan yang dapat menindak lanjuti terhdap masalah yang belum diteliti dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Belkin, G.S. (1975). Practical counseling in the school. Lowa: William C. Brown Company Publishers.

Bimo Walgito. (1989). Bimbingan dan penyuluhan di sekolah, Yogyakarta: Andi Offset.

Cull, J.G. & Hardy, R.C. (1974). Counseling high school students. Springfield; Charles C. Thomas Publisher.

Depdikbud. (1994). Kurikulum sekolah menengah umum tentang: Petunjuk pelaksanaan bimbingan dan konseling. Jakarta: Balai pustaka.

Dewa Ketut Sukardi. (2000). Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Dinkmeyer, D.C. & Muro, J.J. (1971). Group counseling: Theory and practics Illinois : F.E. Peacock Publisher, Inc.

Djumhur, I. dan Moh. Surya. (1975). Bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Bandung: Ilmu.

Elida Prayitno. (2001). Keberhasilan konseling kelompok dalam meningkatkan kemampuan siswa SMU memecahkan masalah mereka, Fakultas Pascasarjana UNP: Tesis.

Fruhlich. (1958). Group counseling .New York: Mac Graw Hill Book Company.

Kartini Kartono. (1985). Bimbingan dan dasar-dasar pelaksanaannya, Jakarta: CV. Raja wali.

Mahler, C.A. (1969). Group counseling in the schools. New York: Hounghton Wiffin Company.

Moleong, Lexy J. (1988). Metode penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya.

Ohlesen, Merle M. (1993). Guidence service in the modern school, New York Harcout, Brace & World, inc.

Piet A.. Sahertian. (2000). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka membangun sumberdaya manusia, Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. (1995). Layanan bimbingan dan konseling kelompok (Dasar dan Profil) . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno, dkk. (1997). Seri pemandu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah: Buku III: SMU. Jakarta Kerjasama koperasi karyawan Pusgrafin, Penebar Aksara.

Prayitno dan Erman Amti. (1994). Dasar-dasar bimbingan dan konseling, Jakarta: Rineka Cipta.

Sanafiah Faisal. (1990). Penelitian kualitatif. Malang: YA3.

Sardiman. (1996). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Shertzer, B. & Stone, S.C. (1980). Fundamental of counseling. New York: Houghton Miffin Company.

Thantawy R. (1995). Manajemen bimbingan dan konseling, Jakarta: Pamator.

Winkel W. S. (1997). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan, Jakarta: Grasindo.

Yalinus. (2002). Pengembangan dan pemanfaatan himpunan data dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Fakultas Pascasarjana UNP: Tesis.

Yusuf Gunawan. (1992). Pengantar bimbingan dan konseling, Jakarta: Gramedia.

Tarmizi adalah dosen fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara yang aktif melakukan penelitian bidang ilmu kependidikan Islam.

Sumber: www.litagama.org

No comments: