Friday, June 6, 2008

Islam Anti Teror

Oleh M Harry Mulya Zein (Direktur Eksekutif Yayasan Akhlakul Karimah)
Apa pun politik terhadap Islam yang dilancarkan oleh kekuatan non-Islam, hasilnya senantiasa berbeda dari apa yang dikejar oleh kekuatan tersebut. Lihatlah, kekuata-kekuatan dunia sedang mencoba menggunakan Islam untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, tetapi mereka akan mengalami bahwa pada gilirannya, kelak dimanfaatkan oleh kekuatan Islam yang sangat berbeda dengan keinginan kekuatan-kekuatan dunia itu sendiri. Bulan sabit terlalu besar untuk menjadi satelit bagi siapapun.”

TEROR adalah hantu bagi setiap orang. Teror adalah bentuk kekerasan terstruktur yang mencoba menghapus dialog sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan. Teror yang disertai kekerasan fisik, seperti peledakan bom, meski mengusung misi suci, tetapi tidak dibenarkan dalam kaidah agama manapun, dan terutama Islam.
Pesan Islam yang paling utama sebagai sebuah agama, adalah mengusung kedamaian di berbagai ruang dan waktu. Penyebaran Islam pada awal sejarahnya, terus menerus mengibarkan panji kedamaian, tegur sapa yang bijak dan penuh kesantunan.
Islam akan bersikap keras dan tegas, jika ia berhadapan dengan hak dan tanggung jawab yang harus dipikul setiap pribadi muslim. Garis keras dan tegas ini, sekadar memperlihatkan, bahwa sejak awal tumbuhnya Islam, ia disemai dengan penuh kearifan. Maka Islam tidak membenarkan aksi kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Islam tidak mengajarkan sebuah tujuan dengan menghalalkan segala cara, termasuk aksi-aksi teror melalui bom, yang berkembang diranah Indonesia.
Tapi satuhal yang harus dicermati sampai detik ini, Islam seolah-olah selalu disudutkan jika bom meledak. Islam selalu jadi objek penderita, karena secara kebetulan pelaku bom adalah orang-orang Islam.
Tentu saja kita prihatin. Mungkinkah aksi-aksi teror merupakan agenda besar dari sekelompok orang, atau himpunan negara, yang sengaja menjadikan aksi teror sebagai komoditas politik.
Pada titik ini, saya perlu memberi contoh sebuah tulisan menarik di Harian International Herald Tribune (20 Juli 2004) yang ditulis oleh Craig S. Smith. Tulisan itu bertajuk Europe fears threat from its convert ti Islam. Artikel itu bercerita tentang dua pemuda Perancis, bernama David dan Jerome yang masuk Islam dan akhirnya ditahan karena tuduhan terlibat jaringan terorisme internasional. Kasus dua bersaudara itu diangkat sebagai representasi, betapa perlunya masyarakat Eropa mencermati dan waspada terhadap kecenderungan meningkatnya konversi penduduk asli Eropa ke dalam Islam, setelah peristiwa 11 September 2001.
Tahun 2003, dinas rahasia Perancis, memperkirakan, ada sekitar 30.000-50.000 orang Perancis yang masuk Islam. Islam kabarnya merupakan agama yang paling cepat berkembang di Eropa. Dan fakta terakhir kerusuhan di Perancis, juga mengusung sekelompok pemuda Muslim. Meski pemicu awal kerusuhan di Perancis adalah persoalan diskriminasi pemerintah Perancis terhadap Islam dan kaum migran. Tulisan di International Herald Tribune itu, tentu sangat mudah mengambil kesimpulan. Atau memang ia sengaja didisain untuk memojokkan Islam. Atau ini bentuk ketakukan orang-orang Barat terhadap gelombang islamisme di Eropa dan Amerika. Kampanye internasional anti-terorisme-yang kini lebih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok Islam-ternyata tidak berhasil menahan laju perkembangan Islam di Eropa.
Dan untuk konteks Indonesia, pesantren dijadikan objek kampanye teror. Sebagai muslim, kita perlu prihatin, karena substansi pesantren adalah tempat menimba ilmu pengetahuan bukan sebagai tempat merancang aksi terorisme. Maksud saya, kita tetap memerangi aksi kekerasan dan terorisme, tapi juga harus mengkritisi agenda besar kampanye teror yang bermuara memusuhi Islam.
W.F. Wertheim, seorang ahli sejarah sosial ternama, memberikan ingatan berharga kepada rezim mana pun bahwa, ”Apapun politik terhadap Islam yang dilancarkan oleh kekuatan non-Islam, hasilnya senantiasa berbeda dari apa yang dikejar oleh kekuatan tersebut. Lihatlah, kekuatan-kekuatan dunia sedang mencoba menggunakan Islam untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, tetapi mereka akan mengalami bahwa pada gilirannya, kelak dimanfaatkan oleh kekuatan Islam yang sangat berbeda dengan keinginan kekuatan-kekuatan dunia itu sendiri. Bulan sabit terlalu besar untuk menjadi satelit bagi siapa pun.”
Teror, seperti kata Guru Besar di Universitas Pensylvania, adalah industri multinasional, yang berhubungan erat antara sponsor dan institusi pemikir.(*)

Sumber: kotatangeranggo.id

No comments: