Friday, February 29, 2008

POTRET PENELITIAN DI PTAI: HARAPAN DAN KENYATAAN

oleh :H. ARIEF FURQAN, M.A, Ph.D

Penelitian dalam dunia perguruan tinggi merupakan bagian yang sangat penting dan vital, karena ia mempunyai muatan akademis dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui penelitian, problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat bisa ikut dipecahkan. Sedangkan secara akademik, penelitian merupakan bagian dari pengembangan keilmuan. Sehingga sebuah perguruan tinggi tanpa adanya aktifitas penelitian, maka patut dipertanyakan keberadaanya. Sebelum membahas problem penellitian di PTAI mari kita bahas lebih dahulu apa tujuan didirikannya PTAI.

Ada pertanyaan filosofis untuk mengkritisi keberadaan perguruan tinggi agama Islam dewasa ini. Apa sebetulnya tujuan didirikannya PTAI, apakah hanya sekedar menampung mahasiswa atau hanya sekedar memberi pekerjaan pada dosen. Jawaban ini bisa kita peroleh melalui PP no 60 tahun 1999 bab II pasal 2 bahwa Perguruan Tinggi amatlah strategis setidaknya hal ini sebagaimana terefleksi dalam esensi tujuan pendidikan tinggi pertama, menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan dan kesenian. Kedua, Mengembangkan dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan Nasional.

Tujuan sebagaimana tersebut di atas, sesuai dengan sasaran sebagaimana yang akan dicapai oleh PTAI, antara lain pertama, menghasilkan lulusan yang bermutu, berguna bagi masyarakat di bidang ilmu agama Islam, dan kedua mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama dan kebudayaan Islam demi kemaslahatan masyarakat. Kalau dilihat dari sini, maka dalam konteks mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama, peran penelitian sangatlah dominan. Sedangkan bagi kemaslahatan masyarakat bisa diterjemahkan sebagai tugas pengabdian masyarakat (PPM). Jadi muara dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tidak lain adalah masyarakat itu sendiri.

Ukuran Keberhasilan Penelitian di PTAI

Berdasarkan urian di atas, kalau kita ingin lebih fokus lagi, lalu apa sebetulnya yang menjadi tujuan penelitian di PTAI?. Tujuan penelitian di PTAI antara lain berupaya mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama dan kebudayaan Islam bagi kemaslahatan masyarakat. Untuk dapat mengetahui bahwa suatu penelitian di PTAI dikatakan berhasil atau tidak, maka diperlukan standar atau ada ukuran-ukuran yang ditetapkan, yakni dengan melihat beberapa indikator sebagai berikut antara lain; Pertama, apabila hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memecahkan persoalan yang sedang mereka hadapi. Karena hasil penelitian itu esensinya memang diarahkan untuk memecahkan problem yang sedang dialami masyarakat, sehingga ukuran keberhasilannya adalah sejauhmana penelitian tersebut diapresiasi oleh masyarakat, yaitu digunakan atau tidak. Seringkali yang terjadi bahwa hasil penilitian hanya sebagai penghias perpustakaan, diletakkan diatas rak dan tidak pernah dibaca oleh mayarakat. Ini berarti mubadzir (useless). Ukuran keberhasilan penelitian yang Kedua, apabila hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh para ilmuan, karena diakui merupakan sumbangan yang berarti bagi pengembangan ilmu agama dan kebudayaan Islam. Jadi ukuran keberhasilan penelitian di PTAI berpijak pada dua pengakuan, yakni dari masyarakat luas, dan dari kalangan akademisi itu sendiri, yakni sesama peneliti diakui sebagai temuan yang valid, baru dan tajam.

Kondisi ideal di atas kalau di- cross check-an dengan keadaan riil yang ada, maka ada beberapa kendala yang secara umum menjadi persoalan penelitian di PTAI antara lain, pertama, hasil penelitian kurang banyak dimanfaatkan masyarakat dan berulang-ulang, sehingga tidak ada kemajuan yang berarti. Kedua penelitian yang ada masih banyak didominasi corak penelitian yang bersifat literatur dan normatif, kurang bersifat empirik-realistis. Meminjam istilahnya Prof. Dr. Qodri Azizy, M.A masih "ngawang-ngawang", sehingga kurang relevan dengan persoalan aktual yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Ketika masyarakat Islam sedang mendapati tuduhan Islam garis keras, penelitian yang dilakukan justru mengangkat isu-isu tentang sastra Arab atau berdebat tentang pemikiran mu'tazilah, dan lain sebagainya. Ketiga, masih minimnya SDM yang bagus dan kurangnya perhatian pimpinan PTAI yang bersangkutan akan persoalan penelitian. Keempat kemampuan dosen untuk melakukan penelitian juga masih rendah. Padahal dosen ketika mengajar seharusnya berdasarkan hasil telaah atau penelitian yang mereka lakukan. Kalau dosen hanya mentransfer pemikiran dari buku, maka ini tidak jauh beda dengan guru madrasah Aliyah. Profil dosen semacam itu seringkali menjadikan dirinya sebagai "sumber ilmu", ia tidak mau menerima kritik dan perkembangan keilmuan. Kelima, rendahnya budaya untuk meneliti, sehingga kualitas skripsi dan thesis juga memprihatinkan. Keenam, kurangnya kerjasama di bidang penelitian dengan lembaga lain. Dan yang terakhir adalah belum terintegrasinya kegiatan PPM dengan penelitian, jadi masing-masing masih terpisah. Pengabdian masyarakat mestinya merupakan pengembangan dari hasil penelitian, tidak sekedar KKN yang hanya latihan khutbah, dan membangun fisik desa.

Penyebab Rendahnya Mutu Penelitian

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu (trigger) yang akan mempengaruhi rendahnya mutu hasil penelitian di PTAI antara lain;

1. Kurangnya perhatian pimpinan PTAI akan persoalan penelitian. Keadaan ini ditunjang dengan lemahnya kemampuan peneliti (SDM) itu sendiri. Jadi, meskipun, perhatian pimpinan sudah bagus, kalau kualitas penelitinya jelek, akan sama saja.
2. Relevansi penelitian dengan kebutuhan masyarakat tidak banyak nyambung. Kalau penelitian yang dilakukan tidak bisa memberikan kontribusi kepada problem di masyarakat, maka ia tidak akan dipakai.
3. Fasilitas untuk kegiatan penelitian yang memadai, meliputi (komputer, internet, literatur dan fasilitas penunjang lainnya).
4. Tersedianya dana penelitian (sponsor, intern).
5. Budaya meneliti (ilmiah) di kampus.

Untuk dapat dikatakan dapat memenuhi kriteria sebagai peneliti yang mempunyai kompetensi yang memadai, ada beberapa skill yang harus dipenuhi antara lain: Pertama, kemampuan mengaitkan topik dengan kebutuhan aktual di masyarakat. Ini sangat penting, karena suatu penelitian biasanya didanai karena faktor ini, yakni "kejelian" untuk merespon dan mengemas isu-isu aktual ke dalam proposal penelitian. Kedua, penguasaan persoalan penelitian yang akan diteliti. Jangan sekali-kali meneliti yang muluk-muluk tapi, hasilnya anti-klimaks, yakni tidak selesai atau hasilnya itu-itu saja. Telitilah persoalan yang anda kuasai. Ketiga, penguasaan metodologi yang tepat. Metodologi ini ibarat alat, orang yang tidak mempunyai perspektif banyak akan metodologi penelitian, maka akan "kering" hasil penelitiannya, bahkan bisa salah. Seorang peneliti harus tahu banyak rumus dan pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan analisis yang tajam dan mendalam. Keempat, adanya komitmen dan integritas keilmuan. Integrtitas berartri ia berusaha jujur, yang benar dikatakan benar, begitupula sebaliknya. Banyak kasus penelitian yang dilakukan hanya dengan responden dan data yang imajiner. Sebagai peneliti yang mempunyai integritas, maka keadaan ini jelas tidak mungkin untuk dilakukan. Kelima, kemampuan menulis proposal yang jelas dan meyakinkan. Ini berkaitan dengan kemampuan untuk menangkap "selera" terhadap sponsor yang dituju. Keenam, mampu menulis laporan dengan jelas dan meyakinkan. Kuncinya adalah laporan disusun dengan baik, relevan dengan masalah yang diangkat, tidak "mbulet" dan proporsional. Dan terakhir mampu mencari sponsor, begitupula mampu menjual proposal ke sponsor. Keduanya memerlukan keahlian tersendiri. Kelemahan-kelemahan sebagaimana tersebut di atas, merupakan kondisi yang tidak ideal, dan seharusnya dihindari oleh PTAI.

Upaya pengembangan; Peran Pemerintah

Kegiatan penelitian di PTAI oleh Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam diarahkan untuk menghasilkan hasil penelitian yang bermutu secara ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pada pemecahan masalah aktual di masyarakat atau kebudayaan Islam. Karena bersifat pengembangan, maka biasanya didasarkan atas apa yang telah diketahui oleh orang banyak, yang mengalami tambahan dan perbaikan. Jadi sesuatu yang sudah diketahui, maka tidak perlu untuk diteliti, karena esensi penelitian adalah searching to the unknown, memecahkan persoalan yang belum diketahui. Untuk itu ada beberapa program yang disusun untuk mendongkrak minat penilitian di PTAI. Program tersebut, antara lain dengan pemberian intensif pada hasil penelitian yang baik (seperti, penghargaan, award untuk hasil penelitian terbaik (dosen/mahasiswa), award untuk skripsi/thesis terbaik, award untuk artikel penelitian terbaik di jurnal ilmiah terakreditasi (dosen/mahasiswa), Pemberian dana penelitian secara kompetitif (dengan topik yang diarahkan untuk pemecahan masyarakat). Pelatihan peningkatan kompetensi dosen dalam penelitian. Peningkatan perhatian pimpinan terhadap penelitian yang bermutu.

Disamping itu untuk meningkatkan citra penelitian di PTAI, mak perlu adanya peningkatan relevansi topik penelitian dengan persoalan aktual yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Jadi penelitian yang dilakukan harus dapat ikut memberikan kontrubusi dan menjadi problem solving terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Peningkatan kegiatan pengabdian masyarakat dengan menerapkan hasil penelitian. Adanya koordinasi kegiatan pusat penelitian di PTAI seperti Jarlit atau jaringan penelitian, namun kegiatannya harus merefleksikan komunikasi pengembangan penelitian, tidak sekedar kumpul-kumpul. Pemberian insentif bagi PTAI yang berprestasi di bidang penelitian (dengan penambahan DIP misalnya). Adanya peningkatan kompetensi dosen dalam melakukan penelitian dengan (pelatihan di PTAI, penerbitan panduan di bidang penelitian, penggalakan seminar hasil penelitian di PTAI), adanya peningkatan perhatian pimpinan pada penelitian yang bermutu.

Penutup

Pemberian hadiah dan penghargaan, merupakan salah satu ikhtiyar atau usaha untuk merangsang dan mempengaruhi PTAI supaya mereka dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu. Jadi ukuran keberhasilanya adalah menghasilkan karya yang bermutu. Sedangkan pemeberian award dimaksudkan agar mereka giat dan terpacu dalam melakukan penelitian.***

No comments: